Minggu, 07 Maret 2010

tari kawitan

TARI KAWITAN

 

1.    Deskripsi Tarian

Arti kata kawitan diambil dari bahasa Sunda, yang artinya permulaan (mimiti) atau boleh juga dikatakan sebagai pembukaan. Walaupun menurut arti kata sebagai bubuka, tetapi tarian ini disajikan bukan sebagai pembuka pada suatu pergelaran. Secara kebetulan, nama tarian ini diambil dari sebuah lagu yang berjudul kawitan.

       Biasanya, istilah kawitan pada lagu dipakai sebagai lagu awal. Misalnya, pada pergelaran wayang golek. Biasanya, lagu pertama yang disajikan adalah lagu-lagu kawitan, tetapi hal itu tidak ada kaitannya dengan nama tari tersebut, baik dari segi gerakannya maupun karakternya.

 

2.    Gerak-gerak Tarian

No.

Ragam Gerak

Uraian

1.

Keupat

Langkah keupat ayun tangan, buang soder, pocapa kanan, cindek.

2.

Calik jengkeng

Ukel kembar, sembah, godeg, selut kanan sembada, ayun tangan kanan, selut kanan, ayun tangan kanan, godeg, selut kanan, sawang kanan, ayun tangan kiri, ukel kiri, selut kanan, ambil soder, pundak soder kanan, obah bahu, buang soder kanan, pundak soder kiri, obah bahu, buang soder kiri, pundak soder kanan, selut kanan, obah bahu, selut kanan, galieur, lontang kanan, pundak soder, obah bahu, buang soder, sembah, godeg, sikap.

3.

Adeg-adeg

Sikap kaki adeg-adeg kanan, selut kanan sembada, ayun tangan kanan, selut kanan, obah bahu, godeg, pocapa kanan, cindek. Langkah serong kiri, adeg-adeg kiri, selut kanan, sawang kiri, obah bahu, godeg, ayun tangan kiri, ukel tangan kiri, tarik kaki kiri, selut kanan, pocapa. Ambil soder, pundak soder kanan, obah bahu, buang soder, pundak soder kiri, obah bahu, pundak soder kanan, buang soder, selut kanan, obah bahu, selut kiri.  

4.

Jangkung ilo

Cindek sembada kiiri dengan arah hadap sudut kiri, obah bahu, arah hadap depan, lontang kiri-kanan, buang soder, putar kanan, tumpang tali, lontang kanan, selut pocapa kanan, galeong, lontang kembar, lontang kanan-kiri, selut kiri, obah bahu, galeong, lontang kembar, tumpang tali, lontang kanan, selut kanan, obah bahu, galeong ke kiri, lontang kembar, lontang kanan-kiri, selut kiri, obah bahu, ukel kiri, galeong ke depan, mundur, cindek.

5.

Gedut

Badan lurus ke depan, sikap tangan kanan nangreu, badan dihentakan 2 kali, selut baplang, mincid di tempat, selut kanan.

6.

Sekartiba

Arah hadap ke sudut kiri, sikap tangan nangreu dilipat di depan dada, lontang kembar, tumpang tali, adeg-adeg kiri, trisi, cindek, lontang kanan, trisi,  sikap tangan nangreu dilipat di depan dada, cindek, tumpang tali, pundak soder, obah bahu, mincid aced, cindek, buang soder. 

7.

Keupat anca

Maju kanan-kiri, selut kanan, obah bahu, godeg, balik ke kiri, selut kiri, godeg, balik ke kanan, tumpang tali, godeg, buang soder, lontang kembar, langkah maju, selut baplang kanan, mincid, selut baplang kiri,  galeong, buka soder.

8.

Jalak pengkor

Tutup buka soder dengan tangan kanan, tangan kiri jiwir sinjang, langkah aced.

9.

Tindak tilu

Selut kanan, baplang kanan, langkah maju, balik kiri, selut kiri, lontang kiri-kanan, balik kanan, selut baplang kanan, selut baplang kiri, lontang kanan-kiri, selut kanan.

10.

Engkeg gigir

Buka soder, jiwir sinjang kiri, pundak soder kanan, jalan aced ke samping kanan, jalan aced ke samping kiri, buang soder, lontang kembar.

11.

Santana

Kaki saruk ke kiri, sikap tangan sawang kanan, saruk ke kanan, sawang kanan, saruk kaki, selut kanan, sawang kanan, ileug, lontang kembar.

12.

Mincid jalak pengkor

Kepret soder kanan, jiwir samping kiri, langkah aced kanan, buang soder, lontang kembar, tumpang tali, selut kanan baplang, mincid eced maju, selut kanan, obah bahu, cindek.

13.

Baksarai/mamandapan

Adeg-adeg masekon kanan/kiri, tangan lontang dilakukan berulang-ulang, dilakukan dengan jengkat bergantian, sikap tangan pereket lambat dan cepat.

14.

Sembahan

Adeg-adeg pocapa kanan, ukel, lontang kembar, sembah godeg, capang kanan-kiri, sikap, galieur kanan-kiri, kedet, adeg-adeg pocapa kanan, pundak soder kanan, jiwir soder kiri, langkah pulang.

 

3.    Kostum

Tata busana atau kostum yang dipakai oleh penari antara lain bendo, takwa atau jas tutup, epek, sinjang, soder atau sampur, keris, serta ditambah dengan aksesoris lainnya, seperti tali bandang, bros, dan dasi kupu-kupu.

Pada umumnya, baju takwa yang dikenakan oleh penari satu dengan lainnya terkadang warnanya berlainan. Hal itu bergantung kepada selera masing-masing. Begitu pula jenis bendo yang digunakan, ada yang menggunakan bendo citakan atau bendo iket atau lohen, sedangkan epek atau stagen dan beber atau benten, digunakan sebagai pengikat pinggang. Keris, selain sebagai kostum, juga berfungsi untuk menyelipkan soder serta untuk menjemput atau menyambut kehadiran penari yang akan tampil. Tata rias para penarinya sangat sederhana, yakni hanya make-up setipis mungkin.  

 

4.    Latar Belakang/Sejarah

Tari merupakan salah satu cabang kesenian. Jika ditinjau dari segi rumpunnya, tari Dapat dikelompokkan ke dalam rumpun tari topeng, wayang, rakyat, keurseus (kursus), dan kreasi baru.

Tari keurseus merupakan salah satu warisan budaya etnis Sunda yang tumbuh dan berkembang pada zaman keemasan masyarakat feodal atau bangsawan tempo “doeloe”. Meski telah mengalami kurun waktu yang relatif cukup panjang, namun nilai spiritualnya masih dapat kita rasakan sampai sekarang.

Setelah mengalami perjalanan yang sangat panjang, tari tersebut nilai artistiknya sangat tinggi. Namun sayangnya, disebabkan pegeseran zaman, tari tersebut kini nasibnya semakin kurang diminati dan terpuruk. Tidak heran jika sekarang ini permunculannya sangat langka, baik di arena pergelaran maupun festival seni tari sendiri.

    Seperti halnya tari wayang, langkanya tari keurseus di abad modern ini disebabkan beberapa faktor, antara lain bermunculannya tari kreasi baru, berkurangnya daya operasi masyarakat, tidak adanya proses regenerasi pendukung, dan proses westernisasi-akulturasi di kalangan remaja. Berkaitan dengan hal tersebut, para koreografer seni klasik sudah sepantasnya untuk lebih kreatif dan inovatif guna mencari inspirasi dalam rangka menggabungkan tari keurseus klasik dengan kreasi baru. Dengan cara demikian, tari modern kontemporer yang berkualitas tinggi akan dapat diciptakan. Hal itu merupakan bentuk tanggung jawab dan peran serta kita dalam upaya melestarikan kebudayaan nasional, termasuk tari keurseus,. Bagaimanapun, tari keurseus mempunyai background artistik yang sangat tinggi. Hal itu dibuktikan oleh fakta-fakta historis, sosiologis, filosofis, dan organologis.

Istilah kursus berasal dari bahasa Belanda, yakni cursus, atau orang Sunda menyebutnya “keurseus”. Berdasarkan kedua istilah itu, lahirlah nama sebuah tari yaitu tari keurseus atau kursus. Sebenarnya, tari kursus merupakan perkembangan dari tari tayub yang tumbuh dan berkembang di daerah Priangan pada masa lalu (masa keemasan menak baheula – kaum bangsawan). Selain itu, juga dapat diartikan sebagai tari yang diajarkan secara tersusun dan mempunyai patokan-patokan atau aturan-aturan tertentu dalam membawakannya.

Seorang tokoh seniman tari keturunan bangsawan Sunda, R. Oe. Joesoef Tedjasukmana (1988:1), mendefinisikan tari keurseus berdasarkan makna etimologisnya. Menurutnya, “keurseus” berarti belajar secara teratur, metodis, sistematis, menggunakan kepastian waktu belajar yang menetap, dan mempunyai tujuan tertentu.

Pada 1921, di Priangan, tepatny di Rancaekek, dikenal sebuah paguron atau perkumpulan tari bernama Wirahmasari pimpinan Raden Sambas Wirakusumah. Pada 1927, Wirahmasari didirikan pula di Bandung yang dipimpin oleh Raden Dadan Sunarya Kusumahdinata. Selain beliau, dikenal juga tokoh tari lainnya, yaitu R.B. Rubana dari Rancaekek. Keduanya merupakan murid pertama R. Oe Joesoef Tedjasukmana.

Tari kursus atau “keurseus” merupakan salah satu jenis tarian dari Jawa Barat yang kaya akan vokabuler gerak yang disusun secara teratur dengan posisi kaki yang lebih beragam. Ditinjau dari segi estetis, tari kursus lebih menonjol dibandingkan tarian lain yang ada di Jawa Barat. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena baik dalam pengolahan dan penataan gerak yang dilakukan seniman penciptanya, telah mencapai tingkat sublimasi yang cukup tinggi sehingga tari kursus ini Dengan sendirinya memiliki citra etnis Sunda yang tinggi. Selain itu, jika ditinjau dari segi koreografi, tari kursus ini memiliki struktur yang jelas, sistematis, dan mudah untuk dipelajari.         

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar